Setelah semua ini, saya semakin memikirkanmu. Melamunkanmu berlama-lama. Dan seakan ada tombol otomatis di dalam kepala saya yang selalu memutar ulang kesibukanmu belakangan ini.
Berulang kali saya teringat rambut putihmu yang berkibar ketika kamu berlari tergesa keluar kamar, di dini hari. Wajah panikmu. Matamu yang menggantung. Dan hatimu yang cemas. Wajahmu terlihat jelas, walaupun kita terpisah hampir 200 kilometer.
Sudah pasti, akibatnya saya menjadi semakin sentimentil. Ketika pikiran saya berjalan menemuimu, air mata saya selalu terantuk dan jatuh tanpa kendali. Dan saya mulai berpikir yang tidak-tidak juga. Saya ingin mengambil dan menyembunyikanmu.
Atau mungkin saya bisa bernegosiasi dengan waktu. Agar ia menarikmu kembali ke masa-masa muda. Saat masih memakai seragam merah putih. Saat kamu masih berkumpul dengan saudara sedarah lainnya. Saat kamu tiba di pintu rumah dengan pipi memerah dan bau matahari. Pada masa-masa mudamu yang normal.
Saya ingin membuat hitung-hitungan dengan waktu agar sekali ini saja, kamu tidak merasa dibebani oleh apapun dan siapapun. Kalau ini terjadi, saya yakin bibirmu yang kecokelatan akan merekah manis, seperti kembang gula. Dan rambutmu yang berubah menghitam pasti membuatmu terlihat lebih cantik. Seandainya. Seandainya saja bisa begitu.
*Untuk orang terkasih yang selalu ingin saya peluk.
Bekasi,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar