Saya yang tengah, di belakang bayi :) |
Hai cengeng, apa kabar? Masih juga kamu penakut, manja, dan suka ngamuk? Hehehe. Bagaimana kabarnya pepohonan rindang di Taman Lalu Lintas yang berdiri rapat-rapat itu :)? Pasti kamu langsung merengut dan nyalimu mengkerut. Kamu tidak pernah suka dengan pohon-pohon itu, apalagi ketika harus melihatnya di malam hari.
Saya tebak, kamu pasti masih sering mengekori mamamu ya. Wajah bulatmu masih sering bersembunyi di balik lengan putihnya. Dan kalau mampir ke rumah makan, apa kamu masih tetap setia dengan menu wajibmu itu? "Nasi goreng, mih," bisikmu pada mamamu yang selalu harus duduk di sebelah kamu. Ah, sadarkah kamu betapa kamu selalu bersaing dengan bayangan mamamu sendiri? Si anak mami!
Hei, kamu ingat sepasang ayunan di depan sebuah ruangan kelas TK? Kamu sering berdiri di atasnya dan berayun-ayun kencang lalu cengengesan. Susah sekali diajak pulang kalau sudah begitu. Tapi....lebih baguslah seperti itu, tertawa daripada nangis berjam-jam sambil menjerit-jerit. Masih ingat kan kebiasaan yang satu ini? Hehehe. Orang-orang di rumah sudah pada tidur, kamu masih saja mewek karena belum selesai bikin PR.
Ngomongin PR, sekarang kamu sudah pintar matematika belum? Kamu selalu alergi dengan pelajaran ini kan. Sudah susah, gurunya angker-angker lagi. Sebel kamu makin menjadi-jadi waktu disuruh bu guru menyelesaikan soal itung-itungan di papan tulis, sementara teman-teman yang lain baris bebaris di luar kelas. Ketika mereka sudah masuk kelas, soal itu belum selesai juga. Akhirnya kamu jadi tontonan dan tahulah seisi kelas apa kelemahanmu.
Mungkin itu karma karena kamu pernah ngoprek permen bu Sian, gurumu waktu kelas 1 SD. Nggak tahulah apa yang kamu cari di permen itu. Kamu buka sampai isinya berantakan. Dan karena kamu kurang lihai, belum juga sempat kamu bereskan lagi, bu Sian sudah sampai di bibir pintu kelas. Akhirnya mama kamu harus menghadap dan besoknya kamu bawakan permen pengganti untuk beliau. Waktu itu, si bu guru basa basi bilang, "Ah gak usah diganti juga gapapa." Aneh memang para guru jaman dulu.
Soal teman, siapa ya sahabatmu waktu dulu? Rasa-rasanya tidak ada ya atau saya tidak ingat? Sahabatmu di rumah paling Uti, nenek angkatmu yang luar biasa sayang sama kamu. Malam-malam, kamu sering dikipasi supaya cepat tidur, digantikan baju tidur, dan disuapi makan. Kamu dulu sering beranggapan bahwa hanya beliaulah yang menyayangi kamu. Bakat melankolismu memang sudah ada sejak kecil.
Waktu kecil, badan kamu pendek, rambutmu lurus sebahu dengan poni pendek yang entah kenapa teksturnya bergelombang. Kamu paling sering menghabiskan uang jajan di tukang harumanis. Dulu harga sebungkusnya masih cepek, sekarang bisa Rp3.000.
Halo Mutia kecil, apa kabar? Masih cengeng juga? Tidak apa, nangislah sepuasnya. Kalau sudah gede, nangis malah diketawain. Oya, soal Uti, beliau memang super sayang sama kamu, tapi kamu salah kalau bilang hanya dia yang menyayangi kamu. Di masa-masa berikutnya, kamu akan melihat bagaimana orang-orang di sekitarmu membanjiri kamu dengan cinta yang tidak pernah putus. Ah, kangen saya sama kamu :).
Peluk cium,
Mutia, 2011
ayo ayo semangat tulisannya udah mirip novel yg sekarang lagi dibaca
BalasHapuswuhuuuuuuuuu :D
BalasHapusiya mut makin bagus aja tulisannya ^^
BalasHapusmakasihhh mrs B :D
BalasHapus