Selasa

kucing kuning

Semalam bertemu kucing kuning kecil. Kaki depannya dilipat di bawah dadanya yang menyentuh aspal. Ekornya melingkar melindungi sisi kiri tubuhnya. Ia duduk di bawah mobil sedan hitam. Menatap saya, mengamati jalanan. 

Saya duduk di seberang dia. Di sebuah warung. Saya membalas tatapannya. Di antara kami, ada ibu-ibu membonceng anaknya, lalu lewat segerombolan orang yang bergerak ke arah Barat, dan ada langkah anak kecil di atas jalanan becek, mengejar ibunya. 

Anggap saja malam itu ada bulan. Bukan bulan yang penuh. Saya tidak tahu apa memang ada bulan atau tidak, tapi saya dengar si kucing mengadu pada bulan. Jadi saya menganggap mungkin ada bulan. 

Si kucing mencari kawannya. Katanya sudah berhari-hari ia tidur sendiri. Melewatkan cerita kawannya itu yang jago nangkap tikus. Bulan bilang tidak lihat, sambil menguap. Si kucing mengadu lagi. Dia bertanya apa sekarang lagi mati lampu? "Memang kenapa?" kata bulan sambil mengucek mata. 

Si kucing bilang, "Nggak papa. Habis sepi." "Mungkin orang-orang lagi pergi tamasya," bulan jawab sekenanya. Si kucing diam. Dia menatap saya sekarang. Saya balas menatapnya. Tidak lama, saya beranjak dari warung. Meninggalkan si kucing kuning kecil. Kini ia menatap sepatu cokelat saya yang basah. Saya melihatnya dari sudut mata. "Saya juga mencari kawan saya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar