Minggu

patah hati

Teman saya cerita kalau dia sedang patah hati. Saya bilang, tidak apa. Luka membuat hati kita semakin kuat. Dia mengiyakan, tetapi ragu apakah kali ini hatinya masih cukup kuat bertahan.

Saya bilang hati dia pasti kuat karena Tuhan yang membuatnya, bukan seperti mainan buatan China yang banyak tiruannya dan gampang rusak. Lalu obrolan pendek kami terhenti.

Saya tahu rasanya patah hati, tapi saya tidak mengerti sakit yang dirasakan teman saya itu. Bukankah patah hati memiliki banyak versi. Patah hati sebenarnya mungkin semacam kebaikan yang tersembunyi. Mungkin juga seperti payung hitam yang menahan ribuan kaki hujan yang turun semaunya.  

by: me
Patah hati mungkin seperti sahabat yang terlupakan. Mungkin dia juga lebih seperti kritikan jujur ketimbang pujian memabukkan yang penuh tipuan.

Tapi waktu patah hati, sulit rasanya berpikir sejauh itu. Otak terlalu lelah untuk berpikir jernih. Tubuh memilih sesenggukan di depan hati yang melayu. Dan jiwa yang sedang koma, bukan lagi teman bicara yang bisa diandalkan. 

Tidak apa. Resapi saja semuanya pelan-pelan. Biarkan diri luruh seluruhnya, biar nanti semuanya sembuh secara sempurna. Kalau keadaan sudah membaik, mungkin kamu akan melihat kalau patah hati sebenarnya kebaikan yang tersembunyi. Dan nanti, kamu pasti akan jatuh cinta lagi. Sementara ini, menangislah sepuasnya.

-Untuk teman saya yang manis-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar