Kamis

cerita angkot 56

Saya baru pertama kali naik kendaraan umum nomor 56. Bentuknya seperti mini bus, warnanya merah hati, dan di dalamnya ada penumpang yang beraksi seperti penumpang, tapi sebenarnya kenek angkutan itu (hehe). 

Siang tadi, saya naik kendaraan itu dari Cibubur menuju Cawang. Di dalam mini bus, penumpang sudah duduk rapat serapat-rapatnya dan padat sepadat-padatnya, sampai susah merayap. Ditambah saya yang datang belakangan, suasananya menjadi semakin hangat. Tadi itu, penumpang alias keneknya seorang anak muda, malu-malu. 

Dengan sopan, ia meminta ongkos. Rp 4.500. Hampir semua penumpang tidak memberi uang pas, termasuk saya. Ada yang memberi Rp5.000, Rp10.000, dan Rp50.000. Karena tidak memegang banyak uang receh, si kenek kebingungan mengembalikan. Akhirnya ada yang kembaliannya, "Ntar ya." 

Lama-lama, makin banyak yang kembaliannya, "Ntar ya.". Si kenek akhirnya juga bingung plus mungkin lupa juga, penumpang mana saja yang belum kembalian. Dia tambah gugup lagi, karena di depannya ada ibu-ibu berbaju perawat (kalau nggak salah) yang nungguin kembalian dan bolak balik nagih. Akhirnya yang lain juga ikut-ikutan nanya. Si kenek akhirnya semakinnnn pusing. 

Kebingungan si kenek bertambah karena ternyata uang yang dikumpulkan tidak pas dengan jumlah penumpang dikalikan Rp4.500. Anehnya, jumlahnya kurang, bukannya lebih. Akhirnya di dalam mini bus yang sudah padat itu, terjadi kasak kusuk. Ditanyain siapa yang belum bayar. Pada diam. Saya juga diam (lha saya sudah bayar). Akhirnya si ibu-ibu perawat mengambil alih kekisruhan kecil itu. 

Nggak tanggung-tanggung, untuk menjernihkan masalah (hehe), si ibu juga mengambil uang si kenek. "Sini-sini." "Sekarang siapa yang belum bayar?", ujarnya tegas. "Ada berapa penumpang disini?", masih dengan suara tegas. Ada yang jawab 20. "Ya udah 20 dikali Rp4.500 berapa?", kata si ibu berbaju perawat. Ya ampun, lagi bus penuh gitu, kita disuruh cerdas cermat. Saya malas ah ikut-ikutan. Biarin dibilang nggak cerdas juga. 

Ada yang jawab sekian. Si ibu berbaju perawat menghitung uangnya. "Sekarang siapa yang belum kembalian?". Langsung deh pada heboh. Ada penumpang yang ngebantuin ngebilangin kalau si A belum kembalian. Ada yang bilang sendiri kalau dia belum kembalian, ada yang sibuk buka jendela mini bus (ini saya). 

Terus kejadian setelahnya membingungkan deh. Ibu perawat tanya lagi. "Ada berapa penumpang disini?". Entah siapa yang jawab, dibilang, "Ada 19." Kok jadi kurang ya, kata saya dalam hati. "Ya udah 19 dikali Rp4.500 berapa?". Astaga hitung-hitungan lagi. Setelah beberapa detik, ada yang menyebutkan angka sekian.

Si ibu menghitung lagi uangnya terus dia meminta si kenek untuk menukarkan uang receh kepada si supir. Udah dapat receh, si ibu tanya lagi siapa yang belum dapat kembalian. Si anu dikasih sekian, si anu dapat sekian, si anu sekian. Terus si ibu menghitung sisa uang yang bukan uangnya itu. "Udah benar ya." Dia mencocokkan uang di tangan dengan hasil perkalian 19 dikali Rp4.500 tadi. Para penumpang mengiyakan. 

Baru mau bernafas lega, seorang penumpang bilang, "Kembalian saya Rp1.500 mana?". Astagaaa, saya semakin kepanasan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar