Saya pernah terpaksa menjadi teman si statis. Tidur bersamanya. Makan siang setiap jam 12 teng dengannya. Lalu digandeng pulang kantor bersama-sama. Bahkan sampai saya duduk di bus pun, dia memilih nyempil di samping kanan saya.
Saya bosan dan semakin tidak tertarik dengan dia. Saya karatan. Sepersekian persen otak saya tidur, buat apa lagi kerja maksimal karena sudah ada yang mengerjakan bagiannya setiap hari, setiap jam, menit, dan detik.
Saya menjadi menyebalkan. Bibir saya kaku karena kebanyakan pamer senyum yang tidak perlu. Kaki saya lupa apa itu bebas. Dan pantat saya sudah pasti kehabisan nafas. Saya butuh tetap dinamis.
by: me |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar